Sabtu, 18 Februari 2012

Penuntun Praktikum Ekologi Serangga Untuk Prodi IHPT

ACARA  I
          IDENTIFIKASI HAMA GUDANG PADA KOMODITI PANGAN DI PENYIMPANAN

Pendahuluan
          Hama adalah penyebab suatu kerusakan pada tanaman yang dapat dilihat dengan  panca indera (mata). Hama tersebut dapat berupa binatang, dan  dapat merusak tanaman secara langsung maupun secara tidak langsung. Hama yang merusak secara langsung dapat dilihat bekasnya, misalnya gerekan dan gigitan. Sedangkan hama yang merusak tanaman secara tidak langsung biasanya melalui suatu penyakit ( Matnawy, 1989).
          Selain merusak tanaman, serangga juga dapat merusak bahan simpanan. Tempat penyimpanan atau gudang merupakan lingkungan yang baik untuk perkembangan serangga hama gudang, karena tidak ada musuh alaminya. Di samping itu perkembangan serangga di dalam gudang berlangsung lama tanpa diketahui oleh manusia (Tjahjadi, 1989). 
                   Untuk membantu mempermudah identifikasi gejala kerusakan suatu jenis hama dalam hubungannya dengan tindakan pengendalian, maka diperlukan pengetahuan tentang klasifikasi hama. Klasifikasi hama ini dapat didasarkan pada golongan binatang penyebabnya, berdasarkan cara merusak dan gejala kerusakannya dan  klasifikasi berdasarkan arti ekonomi (Rasdiman, 1994).  
         


Tujuan Praktikum
        Setelah menyelesaikan seluruh kegiatan praktikum pada acara ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1.                       Melakukan  identifikasi dan mempelajari biologi dan siklus hidup hama    gudang pada komoditi pangan di penyimpanan.
2.                       Mengenali morfologi tubuh serangga hama gudang melalui pemeriksaan di laboratorium.

Kegiatan Praktikum
           Kegiatan 1. Identifikasi Hama Gudang di Penyimpanan
a. Teori
          Serangga hama gudang merupakan salah satu penyebab kerusakan yang terbesar pada  komoditi pangan yang di simpan. Serangga ini hidup dan  berkembangbiak di dalam gudang penyimpanan baik sebagai hama primer, maupun hama sekunder  pemakan kapang (jamur) pada berbagai jenis komoditi pangan  dan bahkan  ada yang hidup sebagai predator  (Syarief dan Halid, 1990).
          Sebagaimana  klasifikasi  serangga pada umumnya, serangga hama gudang mempunyai tanda-tanda spesifik sebagai berikut: (a) tubuhnya terdiri dari 3 bagian, yaitu  kepala, dada  dan  perut; (b) tubuhnya tertutup kulit luar (external skeletons); (c) serangga dewasa mempunyai 3 pasang kaki; (d) selama hidupnya mengalami perubahan bentuk (metamorfosa) (Syarief dan Halid, 1990).
Beberapa serangga hama gudang  yang sering   merusak biji-bijian, adalah : (a) ordo coleopteran  (kumbang) dengan ciri khas sayap depannya mengalami pengerasan,  sehingga seperti tanduk (disebut  elytra) dan mengalami metamorfosa sempurna; (b) ordo Lepidoptera (ngengat) dengan ciri   khas adanya sayap depan dan belakang dan mengalami metamorfosa sempurna.

SERANGGA HAMA GUDANG YANG TERMASUK ORDO COLEOPTERA
1. Sitophilus sp (bubuk beras)
Gambar 01.  Imago Sitophilus sp
a)     Jenis ini selain menyerang beras, juga menyerang cantle, biji  gandum,dan gabah.
b)    Kondisi optimum yang dibutuhkan oleh hama ini adalah : temperatur 28ºC dan kelembaban udara relatif 70%.
c)     Siklus hidup: Waktu yang dibutuhkan dari telur sampai dewasa pada kondisi optimum adalah selama 30-40 hari.
d)    Sifat biologis dan nilai ekonomis: merupakan hama primer ( dapat menyerang suatu bahan tanpa ada pertolongan hama lain). Larva berada dalam buturan-butiran beras. Serangga dewasa  betina setelah kawin mampu menghasilkan telur antara 380 - 576  butir. Serangga dewasa dapat hidup sampai dengan 8 bulan, apabila kondisi lingkungan cocok.  

e)     Tanda spesifik : hama ini sangat mudah dibedakan dengan hama lain yang termasuk Coleoptera dengan adanya mulut seperti pipa yang disebut snout.
f)      Tanda-tanda serangan: butir-butir komoditas yang diserang hama ini berlubang-lubang.
2. Tribolium sp (Kumbang Tepung)
Gambar 02 :        a. Stadia Larva Tribolium sp
b. Stadia Pupa Tribolium sp
                                                    c. Stadia imago Tribolium sp
a.     Jenis makanan yang diserang: Biji-bijian yang digiling menjadi tepung, kacang tanah, beras, dan kopra.
b.     Kondisi optimum :Temperatur 33ºC dan kelembaban udara relatif 70%.
c.      Siklus hidup: Pada kondisi optimum 27 hari.
d.     Sifat biologis dan nilai ekonomis: hama ini termasuk hama sekunder namun kadang-kadang dapat menyerang komoditi yang tidak rusak, serangga dewasa berwarna coklat, panjang 3-4 mm, serangga dewasa betina setelah kawin mampu menghasilkan telur ± 500 butir. Serangga dewasa dapat hidup sekitar 1 tahun.
e.      Tanda-tanda serangan: material yang berbetuk biji-bijian bila diserang akan berlubang-lubang sedangkan material yang berbentuk tepung akan kotor baik karena eksresinya maupun sisa-sisa kulit larvanya.
3. Rhyzoperta dominica (Penggerek Biji-Bijian)
Gambar 03.   Imago Rhyzoperta dominica
a.     Jenis-jenis makanan yang diserang: padi-padian, ketela pohon, gaplek, jagung.
b.     Kondisi optimum: temperatur 34ºC dan kelembaban udara relatif 50-60%.
c.      Siklus hidup: siklus hidup selama 25 hari pada komdisi optimum.
d.     Sifat biologis dan nilai ekonomis: baik larva maupun serangga dewasa merupakan pemakan yang sangat rakus, kerusakan pada komoditas yang disimpan lebih hebat dibandingkan dengan serangga hama lain. Hama ini bertindak sebagai hama primer. Serangga dewasa  yang betina setelah kawin mampu bertelur sebanyak 300-500 butir selama 3 – 6 minggu.
e.      Tanda spesifik: tubuhnya  silindris, panjang ± 3mm dan berwarna coklat. Permukaan dada sayap depannya kelihatan kasar.
f.       Tanda-tanda serangan: material yang diserang akan berlubang-lubang.

4. Oryzeaphilus sp. (Kumbang padi-padian yang bergerigi)
Gambar 04. Imago Oryzeaphilus sp.
a.     Jenis makanan yang diserang :padi-padian, kopra, beras, dedak, rempah-rempah, dan buah-buahan yang dikeringkan.
b.     Kondisi optimum : temperatur 30 – 35 ºC, dan kelembaban udara relatif 70-90%.
c.      Siklus hidup: pada kondisi optimum 25 hari.
d.     Sifat biologis dan nilai ekonomis: hama ini merupakan hama sekunder pada material yang utuh tetapi merupakan hama primer pada material yang telah digiling. Serangga dewasa yang betina setelah kawin akan bertelur sebanyak 300 butir selama 10 minggu. Serangga dewasa dapat hidup 3 tahun.
e.      Tanda spesifik : pada bagian dada, bergerigi sebanyak 6 buah pada setiap sisi. Panjang tubuh antara 2,5 – 3,55 mm. Imago berwarna coklat merah.
f.       Tanda-tanda serangan: material yang diserang akan berlubang-lubang.



5. Latheticus oryzae (Kumbang tepung yang berkepala panjang)
Gambar 05. Imago Latheticus oryzae
a.     Jenis makanan yang diserang: beras, tepung padi-padian, tepung ketela pohon dan lain-lain.
b.     Kondisi optimum: temperatur 35ºC dan kelembaban udara relatif 79 %.
c.      Siklus hidup: pada kondisi optimum 20 hari.
d.     Sifat biologis dan nilai ekonomis: hama ini merupakan hama sekunder pada biji-bijian yang masih utuh tetapi dapat bertindak sebagai hama penting pada kondisi yang digiling. Serangga dewasa dapat hidup dalam waktu panjang.
e.      Tanda-tanda spesifik: tubuhnya berwarna coklat muda, panjang antara 2 – 3 mm. Kepalanya lebih panjang dari pada kepela Tribolium sp.
f.       Tanda serangan: sangat mirip dengan serangan Tribolium sp.










6. Tenebroides sp.
Gambar  06.  Imago Tenebroides sp
a.     Jenis makanan yang diserang: tepung, ulatnya dapat menyerang kayu.
b.     Kondisi optimum: belum ada data yang menyebutkan.
c.      Siklus hidup: di daerah panas telur akan menetas setelah  7 – 10 hari dan ulatnya berumur 2 – 14 bulan.
d.     Sifat biologis dan nilai ekonomis: ulat hama ini berwarna putih kotor, merupakan ulat yang paling besar di antara hama-hama gudang lain. Serangga dewasa  betina setelah kawin mampu memproduksi 1000 telur. Serangga dewasa dapat hidup antara 1-2  tahun. Pada waktu ulat akan berubah menjadi kepompong biasanya melubangi kayu dan menjadi kepompong di dalam kayu tersebut.
e.      Tanda-tanda spesifik: tubuhnya gepeng berwarna hitam, panjang tubuh kira-kira 11-13 mm antara bagian kepala dan dada terdapat bagian yang mengecil menyerupai leher.



7. Trogoderma granarium (Khapra beetle – kumbang khapra)
Gambar 07. Imago dan larva Trogoderma granarium
a.     Jenis makanan yang diserang: kacang tanah, biji-bijian, rempah-rempah, dan kacang-kacangan lainnya.
b.     Kondisi optimum: temperatur 37ºC,  dan  kelembaban udara relatif  75%.
c.      Siklus hidup: pada kondisi optimum selama 25 hari.
d.     Sifat biologis dan nilai ekonomis: serangga dewasa hanya berumur pendek kira-kira 14 hari, tidak makan dan tidak dapat terbang. Pada kondisi yang tidak cocok ulatnya dapat bersembunyi pada cela - cela gudang, tidak makan dan bertahan sampai dengan 4 tahun. Pada yang demikian disebut diapause. Larva ini sangat tahan terhadap insektisida yang bersifat kontak. Kalau kondisi sudah memungkinkan, larva yang sedang istirahat tersebut kemudian mulai menyerang. Serangga dewasa betina setelah kawin dapat bertelur sebanyak  80 – 125 butir.
e.      Tanda spesifik: tubuhnya tertutup oleh bulu.Tubuh seperti telur dan panjang antara 1,5 – 3 mm. Larva juga mempunyai banyak bulu.
f.       Tanda-tanda serangan: komoditas yang diserang akan berlubang-lubang.


8. Acanthocelides obtectus
Gambar 08. Imago Acanthocelides obtectus
a.     Biologi : panjang 3 – 5 mm, berwarna  kuning  kehijauan dengan corak abu-abu. Di  ujung abdomen kuning kemerahan. Larva  berwarna putih berbulu panjang ± 4 mm.
b.     Siklus hidup: betina meletakan telur 40 – 50 butir diantara biji-bijian. Beberapa larva dapat berkembang pada satu biji. Sebelum menjadi pupa, larva mempersiapkan lubang  bulat yang ditutup hanya kulit biji.
c.      Penyebaran: hampir di semua negara tropis pada daerah panas terutama di gudang.
d.     Kerusakan: menyerang bii kacang-kacangan, kedelai.







HAMA GUDANG DARI ORDO LEPIDOPTERA
1. Corcyra cephalonica stainton (Pyralidae ; Lepidoptera) (kupu-kupu beras)
Gambar 09 . Imago Corcyra cephalonica
a.     Jenis makanan yang diserang: beras, cantle, kacang tanah, buah coklat dan kopra, tepung sereal,wijen.
b.     Kondisi optimum yang dibutuhkan: temperatur antara 28 – 32 ºC dan kelembaban udara relatif minimum 30%.
c.      Siklus hidup: pada kondisi optimum mampu hidup selama 28 - 35 hari.
d.     Sifat biologis dan nilai ekonomis: serangga betina dewasa setelah kawin mampu bertelur sebanyak 288 butir. Seperti serangga dewasa yang termasuk Lepidoptera yang lain, serangga dewasa hama ini tidak menyerang komoditas yang disimpan dan hanya hidup selama beberapa hari saja. Kupu hama ini dapat hidup sampai 3 – 8 hari.
e.      Tanda spesifik:  sayap depan berwarna kelabu coklat, vena-vena sayapnya berwarna agak gelap.
f.       Ulat dari hama tersebut akan menggandeng – gandeng butir – butir beras dengan benang  liurnya. Ulatnya hidup di dalam gandengan beras tersebut dan menggerek dari sebelah dalam (Syarief dan Halid, 1990) .


2. Ephestia spp. (Pyralidae ; Lepidoptera) ,(Kupu-kupu gudang di daerah tropis)
Gambar 10. Imago Ephestia sp.
a.     Jenis makanan yang diserang : biji-bijian, buah coklat dan buah-buahan yang telah kering, biji yang menghasilkan minyak seperti kacang tanah, biji kelapa sawit dan rempah-rempah.
b.     Kondisi optimum yang dibutuhkan : temperatur 28 ºC dan kelembaban udara relatif 75 %.
c.      Siklus hidup pada kondisi yang optimum : 25 hari.
d.     Catatan tentang biologi dan nilai ekonomisnya : serangga dewasa betina setelah kawin mampu bertelur sebanyak 300 butir. Kebanyakan telur  ini diletakkan dipermukaan komodit  atau disela-sela serat-serat karung. Larva ini akan mengembara dan memakan komoditas tersebut. Larva biasanya membuat biji-bijian menjadi bergumpal-gumpal ( grain webbing).  Gumpalan dimana proses pembentukan pupa terjadi. Pada kondisi optimum pertumbuhan dari telur hingga dewasa memerlukan waktu  31 hari  (Syarief dan Halid, 1990).

4. Anagasta spp (Mediterranian flour moth).
Gambar 11. Imago Anagasta spp
a.     Biologi dan tanda spesifik : larva membuat kepompong pada kalung, atap, dinding dan lain-lain. Ngengat, panjang 12,5 mm. Warna sayap kelabu muda dengan jenis warna tua pada sayap depan. Serangga betina dapat menghasilkan telur sekitar 200 butir.
b.     Makanan : semua buji-bijian seperti beras, gandum, jagung dan tepung- tepungan.
b. Alat dan Bahan Praktikun
          Adanpun  alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini adalah :  jagung, beras, biji-bijian (coklat, kacang tanah, kacang hijau dan lain-lain), tepung-tepungan, stoples, kain kasa, karet  gelang , kuas serangga,  mikroskop  serangga, kertas label, alat tulis menulis (pensil, penghapus, kertas HVS, pena/ballpoint).
c. Cara kerja
a.     Siapkan stoples disesuaikan dengan banyak komoditi.
b.     Komoditi di ambil dari pasar atau gudang penyimpanan, umumnya komoditi yang rusak. Pengamatan dilakukan secara khusus terhadap jenis hama yang terdapat pada setiap komoditi atau tepung – tepungan.
c.      Menyiapkan komoditi yang bagus atau baik (tidak rusak).
d.     Timbang komoditi 0,5 – 1 kg , lalu masukkan ke tiap stoples.
e.      Investasikan 10 pasang hama sesuai dengan komoditi. Biarkan sampai 1 sampai 3 hari,  kemudian dikeluarkan.
f.       Simpan pada suhu  kamar atau bandingkan antara suhu kamar dan suhu dingin.
g.      Hal yang perlu diamati :
a.     Telur : Bentuk, warna, ukuran dan siklus perkembangan telur.
b.     Larva : Bentuk, warna, ukuran dan siklus perkembangan larva.
c.      Kepompong : Bentuk warna dan siklus perkembangan kepompong.
d.     Imago : Bentuk, warna, ukuran dan siklus perkembangan imago.
 Tugas
a.     Jelaskan perbedaan antara imago betina dan jantan dari jenis hama.
b.     Bandingkan siklus perkembangan telur sampai imago pada perlakuan suhu penyimpanan.
c.      Setelah saudara mendapatkan hasil tentang biologi, morfologi dan siklus perkembangan serangga, bagaimana mengaplikasikan pada agroekosistem pertanian  sebagai suatu komponen tindakan pengendalian hama.

          Kegiatan 2. Pemeriksaan Morfologi Serangga Hama Gudang
a.     Teori
Pengenalan serangga dilakukan melalui pemeriksaan morfologi, terutama  morfologi tubuh bagian luar. Tubuh serangga fase dewasa terdiri dari:  bagian kepala, dada dan perut. Pada bagian kepala terdapat antena,mata dan alat mulut. Pada bagian dada terdapat tiga pasang kaki dan  sepasang atau dua pasang sayap. Pada bagian perut  terdapat alat pembuangan dan alat kelamin. Bagian-bagian kepala, dada dan perut tersebut pada umumnya kurang jelas pada fase larva dari serangga-serangga yang bermetamorfosis sempurna. Pada serangga-serangga yang bermetamorfosis secara tidak sempurna, bagian-bagian tubuh nimfa sudah menyerupai bagian-bagian tubuh serangga dewasa. Untuk memeriksa organ tertentu diperlukan pengetahuan mengenai bagian-bagian dari organ  tersebut dan alat bantu berupa kaca pembesar atau mikroskop serangga. Untuk dapat menggolongkan serangga ke dalam kelompok takson  tertentu dibutuhkan panduan berupa kunci determinasi (Mudita dan Iburuni, 2008). 

b.    Alat dan Bahan Praktikum
          Alat dan bahan yang harus dipersiapkan oleh mahasiswa adalah spesimen serangga (dari kegiatan 1), buku gambar ukuran sedang, alat tulis menulis (pensil, penghapus, mistar, pena/ballpoint), buku kunci determinasi serangga. Bahan dan alat yang disiapkan di laboratorium adalah : nampan plastik, kaca pembesar/lup , mikroskop serangga, pinset,  gelas piala 500 ml , alkohol 70 %, dan tissue.

c.      Cara kerja
1.     Ambil satu individu serangga hama gudang yang telah disiapkan untuk diperiksa oleh setiap kelompok. Bila ukuran serangga besar, amati secara langsung, bila ukuran serangga kecil, amati dengan menggunakan kaca pembesar/lup atau mikroskop serangga.
2.     Siapkan buku gambar, lalu gambarlah seluruh morfologi serangga secara lengkap dan tentukan bagian-bagiannya.
3.     Setelah gambar selesai, lakukan determinasi dengan menggunakan buku kunci determinasi.
4.     Setelah nama ordo dari serangga yang diperiksa dapat diketahui, bila memungkinkan  lakukan pengenalan  famili  serangga dengan bantuan deskripsi famili.
5.     Tuliskan nama ordo dan famili serangga yang diperiksa.
6.     Tunjukkan gambar dan hasil determinasi yang dilakukan kepada asisten praktikum  untuk diperiksa dan disetujui oleh asisten praktikum dengan membubuhkan tanda tangan pada kotak persetujuan asisten praktikum.  


Kepala


Morfologi Tubuh
Alat Mulut
Dada
Sayap
Perut
Kaki
Status
Ordo :
Persetujuan Asisten
Famili:

Gambar 12.   Lembar Kerja Pemeriksaan Setiap Individu Serangga   yang diperiksa










ACARA II
PENGARUH MAKANAN DAN SUHU TERHADAP KEHIDUPAN SERANGGA

Pendahuluan
Faktor ekstrinsik yang tergolong faktor biotik dalam ekosistem penyimpanan bersama dengan faktor abiotik  sangat mempengaruhi keragaman dan kepadatan populasi serangga dalam suatu sistem penyimpanan. Menurut  Syarief  dan Halid (1993), perilaku makan dan hidup hama gudang berbeda-beda dan saling berhubungan membentuk suatu sistem yang disebut jaringan makanan. Pada jaringan makanan tersebut, hama primer akan menyerang komoditas yang masih utuh, sehingga menjadi rusak. Kondisi ini sangat menunjang  hama sekunder. Adanya kerusakan yang disebabkan oleh hama dan berlangsungnya metabolisme hama akan menciptakan kondisi yang lebih memungkinkan untuk pertumbuhan cendawan.
          Secara umum hama gudang yang paling penting di daerah tropis mempunyai suhu optimum untuk pertumbuhan 25 – 35 ºC. Bila suhu penyimpanan naik melebihi suhu optimum, maka kondisi lingkungan tidak lagi menunjang pertumbuhan serangga.  Syarief dan Halid (1993), melaporkan bahwa ada 2 jenis hama penting pada jagung dalam penyimpanan yaitu Sitotroga carealella Olivier dan Sitophilus zea mays.
          Natural Resources  Institute (1991),  melaporkan bahwa kondisi optimum untuk pertumbuhan  S. zeamays adalah adalah 25 – 27 ºC dan kelembaban relative  70 %. Siklus hidup serangga ini  berkisar antara 31 – 37 hari. Imagonya dapat hidup cukup lama yaitu dapat mencapai hingga 1 tahun. Serangga betinanya bertelur sepanjang waktu hidupnya, namun produksi telurnya 50% dihasilkan pada minggu ke - 4  dan  ke - 5.  S. ze mays  sangat mudah dibedakan dengan serangga lainnya, karena mempunyai moncong seperti pipa yang disebut “snout”. Panjang badannya berkisar  2,5 – 3,5 mm dan antenanya terdiri dari 8 ruas.

Tujuan Praktikum
           untuk mempelajari peran makanan dan suhu dalam kehidupan serangga, khususnya tanggapan serangga terhadap ketersediaan makanan dan variasi suhu.
Alat dan Bahan
          Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : imago Sitophilus spp, kuas serangga, kotak serangga atau stoples, kain kasa, jagung, beras, lem kastol, kertas label, mikroskop serangga, alat tulis menulis (pensil, penghapus, kertas HVS, pena/ballpoint).
 Cara Kerja
a.     Buat kotak serangga dengan menggunakan stoples atau kotak.
b.     Lubangi kemudian ditutup dengan kain kasa.
c.      Siapkan jagung dan beras masing – masing 3 varietas.
d.     Masukkan makanan masing – masing 0,5 kg beras dan jagung.
e.      Pisahkan serangga jantan dan betina dengan menggunakan kuas serangga dan mikroskop serangga.
f.       Investasikan dengan 10 pasang imago Sitophilus spp., selama 2 – 3 hari.
g.     Simpan pada suhu kamar dan suhu dingin .
h.     Hal yang  diamati : Pengamatan dilakukan setiap hari sampai terbentuk imago. Untuk praktikum ini secara khusus dilakukan pengamatan terhadap :Jumlah larva yang terbentuk dan stadium larva, jumlah pupa dan stadium pupa,  jumlah imago.
 Tugas :
a.     Jelaskan perbedaan antara imago Sitophilus spp., jantan dan betina.
b.     Bandingkan  jumlah dan stadium pupa serta imago Sitophilus spp., pada berbagai varietas jagung dan beras.
c.      Bandingkan jumlah dan stadium pupa serta imago Sitophilus spp. pada suhu kamar dan suhu dingin.
d.     Setelah  saudara  mendapatkan  hasil tentang  hubungan serangga dengan makanan dan suhu, dapatkah saudara  menjelaskan bagaimana mengaplikasikannya dalam agroekosistem pertanian sebagai komponen tindakan pengendalian hama.











ACARA III
PENGARUH  FAKTOR  BIOLOGI  (Metarhizium anisopliae) TERHADAP KEHIDUPAN  SERANGGA HAMA (Oryctes rhinoceros)

Pendahuluan
Metarhizium hidup dan berkembangbiak dalam media bahan organik seperti saprofitik dan pada Oryctes sebagai patogen. Seperti halnya semua cendawan, Metarhizium tumbuh membentuk mycelium dan spora (konidia). Di bawah alat mikroskop cendawan  Metarhizum dapat dikenal dari sporanya yang bulat panjang, bersel satu berwarna kehijauan. Dengan mata biasa pada media agar koloni – koloni yang sudah berspora berwarna kehijauan. Untuk mengendalikan hama Oryctes digunakan sporanya. Spora Metarhizium dapat tumbuh banyak dalam media buatan seperti jagung, beras atau bahan sejenis dan larva Oryctes.
Spora yang melekat pada kulit Oryctes tumbuh menembus kulit dan berkembang dalam daging. Akhirnya larva mati dan berubah warna menjadi kusam dan seluruh kulitnya hijau, karena ditumbuhi Metarhizium yang berspora hijau. Spora itu berpindah itu berpindah ke larva lain dalam sarang atau sarang lainnya yang berdekatan. Sebelum membentuk spora, Metarhizium membentuk titik atau berwarna hitam yang jelas pada kulit larva Oryctes (Anonimous, 1988).
Penggunaan agen hayati dalam pengendalian hama secara biologis untuk beberapa hama utama di NTT telah dan sedang dilakukan, seperti penggunaan parasit Chelonus sp., patogen Metarhizium anisopliae, Beauveria basiana, dan Trichoderma harzianum (table 1). Pengendalian OPT secara biologi pada tanaman perkebunan didukung oleh laboratorium  lapang  (LL). Di Nusa Tenggara Timur (NTT), telah dikembangkan 9 LL, yang terdiri atas 2 LL patogen yaitu di Kupang dan Sumba Barat, serta 7 LL parasit yang tersebar di Kupang, Sikka, Ende, Sumba Timur masing-masing 1 unit dan di Ngada 3 unit. LL patogen sampai saat ini masih dikhususkan untuk perbanyakan  Baculovirus oryctes pada imago Oryctes dengan sasaran utama pengendalian hama O. rhinoceros pada tanaman kelapa.
Tabel 1.      OPT sasaran dan Agen Pengendalian yang telah digunakan tanaman                  perkebunan

OPT
Tanaman
Agen Pengendali

Hama

1.
O. rhinoceros
Kelapa
M. anisoplise
B. oryctes
2.
Hypothenemus hampei
Kopi
B. basiana
3.
Aleurodicus sp.
Kelapa
Scymus sp
4.
Batrachedra sp.
Kelapa
Chelonus sp
5.
Hypomeces sp.
Kopi
B. basiana
6.
Heteropsylla sp.
Lamtoro *)
Curinus coeruleus

Patogen

1.
Helopeltis sp.
Jambu mete
T. harzianum
2.
Phytopthora sp.
Kakao

T. harzianum
3.
Colletotrichum sp.
Jambu mete

T. harzianum
4.
Phytium sp.
Kakao

T. harzianum
5.
Fusarium sp.
Vanili

T. harzianum

Sumber :  LL. Dinas Perkebunan Provinsi  NTT, 1988.
*) Tanaman penaung untuk vanili dan penghijauan sekaligus sumber hijauan ternak.
         
Perbanyakan  M. anisopliae, B. basiana dan T. harzianum telah berhasil dilakukan oleh  LL  di  NTT dan pada 1997 telah disebar berturut-turut 350, 510, dan  6.800 kg dengan luas areal pengendalian masing-masing 600, 700, dan 1.360 ha.
Tujuan Praktikum
          Untuk mempelajari peran  M. anisopliae  sebagai  agen pengendali hama Oryctes rhinoceros.
 Bahan dan Alat
Adapun alat dan bahan dan yang digunakan adalah larva Oryctes rhinoceros, media agar, beras, jagung, alcohol 70%, aquades steril, botol selai, serbuk gergaji, kotoran sapi, tabung reaksi, cawan petri, labu erlenmeyer, vortex, autoclave, laminar  flow, incubator, lampu  bunsen, mikroskop dan alat tulis menulis (pensil, penghapus, kertas HVS, pena/balpoint.
 Cara Kerja
 Perbanyakan Metarhizium anisopliae
a. Mengisolasi  M. anisopliae
Ø Cari larva instar III (larva O. rhinoceros) yang baru saja mati diserang Metarhizium (gejalanya keras, keputihan, mengandung bercak serangan yang belum ditumbuhi mycelia dan spora berwarna hijau).
Ø Sterilkan  permukaan kulit larva tersebut dengan cara merendam dalam larutan alkohol 70 % selama 2 menit, kemudian sisa larutan dicuci dengam air steril dan larva itu dibiarkan kering.
Ø Dalam kotak isolasi atau laminar flow, kulit larva tersebut (di bagian bercak) dipotong sedikit dengan pisau tajam (scalpel) atau gunting steril dan pinset. Sayatan tidak boleh terlalu dalam untuk menghindari terpotongnya bagian  isi perut yang telah mengandung kotoran/jasat renik. Sedikit daging kira – kira sebesar setengah beras tepat dibawah kulit diambil dan diletakkan di atas media CMA (Corn Meal Agar) dalam cawan petri.
Ø Tumbuhkan dalam incubator 27 º ± 2ºC atau di atas rak dalam kamar khusus bersuhu (20 º - 30 º C), tergantung tempat selama 3 hari.
Ø Empat hari kemudian sporanya sudah tumbuh, periksa dibawah mikroskop. Kalau tidak ada mikroskop, tempuh cara berikut :
Ø Dari salah satu cawan berisi Metarhizium murni, sporanya diambil dengan kuas bersih dan dioleskan ke kulit larva Oryctes yang sudah dibersihkan. Gunakan 5 – 10  larva, 2 larva per kotak berisi makanannya dan dipelihara selama 12 hari.
Ø Larva – larva itu diperiksa satu per satu. Tanda titik atau belang hitam pada kulit menandakan serangga Metarhizium murni.
Ø Isolat ini dapat dipindahkan  untuk  stok, ke beberapa tabung reaksi media steril CMA atau media jagung. Tumbuhkan selama 10 hari, kemudian simpan di tempat dingin, kalau ada lemari es simpan di dalamnya ( 4 - 10ºC).
b. Perbanyakan dalam Beras Jagung
Ø Biji jagung ditumbuk sampai membentuk beras jagung kemudian dimasukkan ke dalam air mendidih selama ± 5 – 10 menit  sambil diaduk. Air kelebihan di buang.
Ø Beras jagung yang sudah lembut ditiriskan untuk mengeluarkan air, kemudian beras jagung yang sudah lembut tersebut dimasukan ke dalam kantong  plastik  yang telah disterilkan. Masing-masing kantong plastik berisi ± 10 – 20 gram dan diatur sedemikian rupa sehingga hanya sepertiga yang terisi. Tiap kantong plastik dilipat dengan rapi, lalu disterilkan dalam autoclave ( 15 psi ± 30 menit) (1½ atm, suhu 120ºC)
Ø Selanjutnya buatkan suspense spora dengan cara mengambil spora dari stok  Metarhizium yang tidak  terkontanminasi dan dimasukan ke dalam tabung reaksi yang telah terisi air steril. Kocok dengan hati – hati untuk memisahkan spora dari media yang terikut pada waktu pengambilan tadi.
Ø Teteskan suspensi ini ke dalam kantung yang telah terisi media jagung sebanyak 2 ml (2 tetes) dengan pipet steril ke dalam kantong yang berukuran (20 x 8 cm).
Kemudian media dikocok agar spora dan beras jagung tercampur rata. Mulut kantong ditutup dengan jalan melipat dan memanaskan di atas nyala lampu (lilin). Dalam hal ini dijaga agar banyak udara yang terkurung di dalam kantong.
Ø Tumbuhkan di tempat yang aman bersuhu kamar ada dalam incubator (27º± 2 ºC)
C. Perbanyakan Metarhizium di Lapang.
          Bahan yang digunakan untuk memperbanyak Metarhizium adalah larva instar 3 dengan cara :
Ø Siapkan makanan larva dengan mencampurkan media serbuk gergaji dengan  kotoran sapi kering dengan perbandingan 3 : 1 sebagai makanan Oryctes. Makanan ini harus disiapkan secukupnya agar bila dibutuhkan kemudian masih tersedia.
Ø Kumpulkan  larva  instar 3 yang sehat dari  lapang, pelihara dalam wadah di tempat pemeliharaan tertentu.
Ø Masukan sebanyak 40 larva sehat untuk satu wadah yang berisi makanan sebanyak 10 liter. Kemudian dimasukan Metarhizium murni yang telah diperbanyak  dalam  media jagung atau yang dicincang dan diaduk merata dengan hati-hati. Di dalam ember ini berlangsung penularan Metarhizium ke larva sehat yang ada di dalamnya. Simpan dalam tempat yang aman selama 12 hari. Larva-larva yang bertanda penyakit Metarhizium diambil untuk dilepas disarang Oryctes.
Ø Masukan  lagi larva – larva yang sehat untuk pengganti yang diambil dan panenlah larva dua kali seminggu dengan memperhatikan gejala – gejala tubuh larva tersebut. Kalau media sudah penuh dengan kotoran maka gantilah dengan makan segar dan tambahkan dengan Metarhizium.
Pembuatan Suspensi Metarhizium
Media beras jagung yang telah padat ditumbuhi dengan cendawan Metarhizium dibuat suspensi dengan perbandingan 1 gr media beras jagung dicampur dengan 10 cc aquades steril. Selanjutnya media beras jagung di fortex agar penyebaran sporanya merata. Suspensi yang telah di fortex dimasukkan dalam tabung yang berukuran diameter 2 cm dan tinggi 10 cm. Tabung tersebut berisi ± 20 cc suspensi mikroba cendawan yang siap pakai.
Metode Penggunaan Metarhizium di lapang
          Metode aplikasi di lapang yaitu dengan cara menabur langsung spora cendawan pada tempat yang ada sarang pembiakan. Sesudah 2 minggu tempat pembiakan harus diperiksa untuk memastikan apakah larva telah mati. Larva yang sudah mati ditumbuhi spora berwarna hijau dan spora – spora inilah yang menginfeksi larva lain di dalam sarang.
Metode Penggunaan Metarhizium di Laboratorium
Ø Setiap kumbang sehat ditetesi atau diolesi dengan suspensi Metarhizium,  kemudian dipelihara secara individu dalam botol selai yang berisi serbuk gergaji dan kotoran sapi (3:1). Serbuk gergaji disterilkan dahulu.
Ø Pengamatan dilakukan 4 hari setelah perlakuan . Hal yang di amati: mortalitas larva dan ciri-ciri larva yang terserang Metarhizium.
Tugas
a.     Jelaskan ciri-ciri larva O. rhinoceros yang terserang M. anisopliae.
b.     Hitung mortalitas O. rhinoceros yang terserang M. anisopliae.
c.      Jelaskan secara singkat bagaimana mengaplikasikan agen hayati M. anisopliae dalam agroekosistem pertanian sebagai suatu komponen tindakan pengendalian hama pada tanaman kelapa.







DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 1988. Metarhizium anisoplae Musuh Hayati Orycetes rhinoceros. Laporan  bulan.
 Laboratorium Lapangan Kupang. Kegiatan LL Kupang. TA 1997/1998. Dinas Perkebunan Propinsi NTT, Kupang.
Matnawy, H., 1989. Perlindungan Tanaman. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Mudita,I.W., dan Iburuni, Y.U.R., 2008. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.
Natural Resource Institute (NRI), 1991. Insect and Arachinids of tropical Stored Products :
Syarief,  R., dan  Halid, H., 1990. Buku dan Monograf  Teknologi Penyimpanan Pangan. Laboratorium Rekayasa Pangan. Puasat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
___________, 1993. Teknologi  Penyimpanan  Pangan. Penerbit Kedokteran   ARCAN, Jakarta.